Jakarta - Bentuknya tidak terlampau besar seukuran permainan anak kecil pada umumnya. Modelnya seperti mobil balap, dilengkapi dua roda. Ditopang warna lampu LED mencolok, robot-robot itu benar-benar membuat riuh seisi aula sekolah.
Bertempat di SMU 28 Jakarta, Sabtu (10/4/2010) puluhan siswa-siswi dari berbagai daerah di Jakarta memadati aula sekolah. Dengan semangat, mereka saling berkompetisi memperebutkan gelar juara selama satu hari penuh, dalam ajang bernama Robotic Day 2010. Mereka semua tampak begitu menikmati kompetisi ini.
Acara adu robot ini diselenggarakan sendiri oleh kelompok ekstrakurikuler SMU 28, bernama Robotic 28. Namun tak seperti kontes KRI dan KRCI beberapa waktu lalu, kategori yang dilombakan siang ini berlangsung lebih sederhana. Namanya adalah Maze Solving.
"Maze Solving adalah perlombaan robot yang intinya mengikuti track. Peserta cukup merakit robot, yang dilanjutkan adu cepat mencari track dari posisi start hingga finish," ujar Cahaya Ikhwan, Ketua Pelaksana Robotic Day 2010, saat ditemui detikINET.
Jumlah peserta kompetisi 'robot-robot balap' tersebut adalah 41 kelompok, dimana satu timnya terdiri dari dua orang. Mereka terdiri dari siswa-siswi SMU, SMK, dan SMP. "Peserta kebanyakan berasal dari Jakarta, kontestan terjauh berasal dari Banten dan Sidoarjo," tambah Ikhwan.
Pantauan detikINET di lapangan, acara yang disponsori oleh MSi tersebut bakal selesai sore ini. Juara pertama akan mendapat hadiah uang tunai Rp. 3 juta ditambah satu laptop dari MSi. Sementara juara kedua akan mendapat uang tunai sebesar Rp. 3 juta. ( fw / fyk )
dikutip dari DETIK.COM
Saturday, 10 April 2010
Tinggal Jatim yang Konsisten Gelar Kompetisi Robot
Bandung - Jika dibandingkan dengan tempat lain di Indonesia, Jatim adalah propinsi yang konsisten menggelar kompetisi robotika. Peranan kampus di sana sangat mendukung perkembangan robotika.
Demikian diungkapkan oleh Christianto Tjahyadi, praktisi dan trainer nasional bidang mikrokontroler serta robotika praktis saat berbincang dengan detikINET, Jumat (9/4/2010) petang.
"Kalau tingkatan nasional, api yang masih nyala di Jatim. Mereka getol banget," katanya mengistilahkan.
Konsistensi Jatim dalam hal kompetisi robotika, diakui oleh Christ adalah karena adanya beberapa pegiat robotika dari lingkungan kampus yang intens dan konsisten dalam bidang robotika.
"Bukan karena ada ITS (Institut Teknologi Surabaya) semata. Tapi karena disebabkan adanya beberapa orang dari kampus yang menjadi motor penggerak robotika di sana. Nah kalau di Bandung atau di tempat lainnya ini yang tidak ada," ungkapnya.
Pernyataan Christ benar adanya. Pada medio 2008 sampai awal 2009, kegiatan robotika baik pameran ataupun kompetisi sangat sering dilakukan. Bisa dibilang setiap bulan ada kegiatan tentang robotika baik di kampus, sekolah ataupun di pusat-pusat perbelanjaan dan area publik.
"Iya, dulu sangat banyak. Tapi sekarang sepertinya menghilang. Sayang sekali," kata pria yang juga menjadi Managing Director Next System dan Next System Robotics Learning & Experience Center.
Padahal, imbuhnya, kompetisi sangat penting bagi meningkatkan kualitas, mental serta kemampuan dari peserta kompetisi sendiri. Dan kompetisi sangat penting bagi terjadinya regenerasi robotika.
DIkutip dari DETIK.COM
Demikian diungkapkan oleh Christianto Tjahyadi, praktisi dan trainer nasional bidang mikrokontroler serta robotika praktis saat berbincang dengan detikINET, Jumat (9/4/2010) petang.
"Kalau tingkatan nasional, api yang masih nyala di Jatim. Mereka getol banget," katanya mengistilahkan.
Konsistensi Jatim dalam hal kompetisi robotika, diakui oleh Christ adalah karena adanya beberapa pegiat robotika dari lingkungan kampus yang intens dan konsisten dalam bidang robotika.
"Bukan karena ada ITS (Institut Teknologi Surabaya) semata. Tapi karena disebabkan adanya beberapa orang dari kampus yang menjadi motor penggerak robotika di sana. Nah kalau di Bandung atau di tempat lainnya ini yang tidak ada," ungkapnya.
Pernyataan Christ benar adanya. Pada medio 2008 sampai awal 2009, kegiatan robotika baik pameran ataupun kompetisi sangat sering dilakukan. Bisa dibilang setiap bulan ada kegiatan tentang robotika baik di kampus, sekolah ataupun di pusat-pusat perbelanjaan dan area publik.
"Iya, dulu sangat banyak. Tapi sekarang sepertinya menghilang. Sayang sekali," kata pria yang juga menjadi Managing Director Next System dan Next System Robotics Learning & Experience Center.
Padahal, imbuhnya, kompetisi sangat penting bagi meningkatkan kualitas, mental serta kemampuan dari peserta kompetisi sendiri. Dan kompetisi sangat penting bagi terjadinya regenerasi robotika.
DIkutip dari DETIK.COM
Wednesday, 7 April 2010
Rakit Robot Sendiri, Indonesia Optimis Jawara
Jakarta - Berlaga di Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest, tim Indonesia percaya diri (pede) pakai robot rakitan sendiri. Bahkan mereka yakin gelar juara bisa mereka bawa pulang ke air.
Demikian diungkapkan oleh Ketua Divisi Robotika Unikom Yusrila Yeka Kerlooza saat berbincang dengan detikINET, Senin (5/4/2010) malam.
"Kategori berkaki, robot dari ITB mengklaim bisa menjadi juara. Sedangkan robot kita yang paling lambat lebih baik dari juara yang tahun kemaren," katanya yang juga salah satu tim dari Unikom yang akan berangkat bertanding.
Yusrila menambahkan, berdasarkan catatannya, juara tahun lalu mencatat skor 400 lebih. Sedangkan robot milik Unikom ini mencatat skor yang jauh lebih baik.
"Kalau yang teburuk ada di skor 100. Jadi kita optimis boyong semuanya," katanya pede.
Indonesia mengirimkan dua tim untuk berlaga di Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest. Unikom dan ITB akan mewakili Indonesia dalam ajang bergengsi tersebut.
Namun Yusrila menegaskan bahwa tidak penting siapapun yang menang. "Ngga masalah mau Unikom atau ITB yang menang. Yang penting Indonesia," katanya.
Tim Indonesia akan menurunkan satu robot untuk kategori berkaki dari ITB dan robot dari Unikom yakni DU 114, DU 114 v 10 untuk kategori beroda dan Next 116 dan DU 116 untuk kategori berkaki.
Ditanya lawan terberat dalam kontes ini, Yusrila mengaku tim dari Cina berpeluang menjadi lawan beratnya. Pasalnya Cina adalah juara 2 kali berturut-turut kontes ini untuk kategori beroda. Dan Portugal adalah juara tahun lalu untuk kategori berkaki.
Dikutip Dari Detikinet.com..
Demikian diungkapkan oleh Ketua Divisi Robotika Unikom Yusrila Yeka Kerlooza saat berbincang dengan detikINET, Senin (5/4/2010) malam.
"Kategori berkaki, robot dari ITB mengklaim bisa menjadi juara. Sedangkan robot kita yang paling lambat lebih baik dari juara yang tahun kemaren," katanya yang juga salah satu tim dari Unikom yang akan berangkat bertanding.
Yusrila menambahkan, berdasarkan catatannya, juara tahun lalu mencatat skor 400 lebih. Sedangkan robot milik Unikom ini mencatat skor yang jauh lebih baik.
"Kalau yang teburuk ada di skor 100. Jadi kita optimis boyong semuanya," katanya pede.
Indonesia mengirimkan dua tim untuk berlaga di Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest. Unikom dan ITB akan mewakili Indonesia dalam ajang bergengsi tersebut.
Namun Yusrila menegaskan bahwa tidak penting siapapun yang menang. "Ngga masalah mau Unikom atau ITB yang menang. Yang penting Indonesia," katanya.
Tim Indonesia akan menurunkan satu robot untuk kategori berkaki dari ITB dan robot dari Unikom yakni DU 114, DU 114 v 10 untuk kategori beroda dan Next 116 dan DU 116 untuk kategori berkaki.
Ditanya lawan terberat dalam kontes ini, Yusrila mengaku tim dari Cina berpeluang menjadi lawan beratnya. Pasalnya Cina adalah juara 2 kali berturut-turut kontes ini untuk kategori beroda. Dan Portugal adalah juara tahun lalu untuk kategori berkaki.
Dikutip Dari Detikinet.com..
Subscribe to:
Posts (Atom)